Monday, 16 April 2012

Mengembalikan lagi - lagu anak

Kampanye Cinta Lagu Anak

Mari Cinta Lagu Anak!
Sebuah Surat Terbuka   (dari Haidar Bagir   dan   Helmi Yahya)
“Sebuah lagu anak yang baik adalah sebuah lagu yang mampu mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir anak, dapat menyalurkan emosinya, serta kemampuan aspek social dan kebudayaan. (AT Mahmud).

Kapankah kita terakhir mendengarkan anak-anak kita, keponakan kita, anak-anak tetangga kita dan anak-anak lain mendendangkan lagu yang memang diciptakan untuk mereka? BUkankah kita lebih sering mendengar anak-anak menyanyikan lagu orang dewasa yang bertutur patah hati, dan bahkan perselingkuhan?bahkan mungkin juga lagu-lagu yang liriknya menyerempet dan bernuansa pornografi?
Belakangan ini kita sudah jarang mendengar lagu anak-anak yang menemani kita tumbuhdewasa. Langka sudah kita mendengar lagu karya-kaya Pak AT. Mahmud, Ibu SUd, Bu Kasur, Pak Dal dan lain-lain. Kitapun sudah amat jarang, bahkan tidakpernah lagi memperkenalkan lagu-lagu karya mereka ke anak-anak yang dekat dalam hidup kita. Lagu anak-anak yang sudah menjadi khazanah cultural dunia anak Indonesia Ini semakin sayup-sayup menghilang.
Juga, anak-anak kita kehilangan penyanyi idola penyanyi anak-anak. Dulu kita msih mengenal Joshua, Tasha, Chicha Koewoyo, Dina Mariana dan lain-lain. Kini tak ada lagi penyanyi anak-anak yang menyamai popularitas mereka di kalangan anak-anak dulu. Sebagai gantinya, nak-anak kita mengidolakan Lady Gaga, Katy Perry atau Girl Generation dan Wonder Girl dari Korea Selatan.
Sungguh, kita setuju dengan pesan AT. Mahmud di atas, bahwa, “Sebuah lagu anak-anak yang baik adalah sebuah lagu yang mampu mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir anak, dapat menyalurkan emosinya, serta kemampuan aspek social dan kebuadayaan,”. Tidak banyak lagu-lagu orang dewasa yang memenuhi criteria itu. Dalam sebuah wawancara, psikolog Tika Bisono malah berpendapat, “Kalau anak-anak mendengarkan lagu dewasa, fantasi mereka keracunan dan perkembangan jiwanya kecepetan dan kacau. Mereka bisa jadi dewasa belum pada waktunya.” Dengan kata lain, lagu dan lirik yang tidak sesuai dengan anak-anak, akan menganggu pertumuhan dan pendidikan anak-anak kita.
Kita semua, tentu saja, ingin anak-anak kita, anak Indonesia seluruhnya, mendapatkan lagu-lagu yang mendidik, sesuai dengan pertumbuhan mereka, yang membangun kejiwaan mereka. Bukankah membangun jiwa ini begitu penting, sehingga salah satu lirik dalam lagu kebangsaan adalah,”Bangunlah jiwanya, bangunlah raganya.” Menbangun jiwa disebut lebih dulu ketimbang membangun raga.
Oleh karena itu, mari kita bersama mengembalikan lagu anak-anak ke pada anak-anak kita semua, demi jiwa anak kita, anak Indonesia semua. Banyk individu maupun komunitas yang gigih mencoba membangkitkan kembali lagu anak untuk anak. Baik lagu anak-anak dari komponis-komponis legendaris seperti AT Mahmud dan Ibu Sud, maupun menciptakan lagu-lagu anak-anak yang baru. Keprihatinana mereka diwujudkan dalam langkah-langkah nyata.
Mari kita lindungi anak-anak kita dari lirik-lirik lagu yang tidak pantas untuk usia mereka. Mari kita semua bersama-sama ikut serta mengembalikan lagi lagu anak-anak yang pernah dinyanyikan ibu-ibu kita kepada kita, atau guru-guru kita kepada kita. Lagu yang dengan riang pernah kita nyanyikan bersama kaka adik, saudara-saudara sepupu dan kawan-kawan sepermainan.
Demi masa depan anak-anak kita, demi masa depan anak-anak Indonesia. Demi masa depan jiwa mereka


No comments: