Syahdan … museum
adalah salah satu tempat pendidikan yang harus dilestarikan. Tempat berharga
yang harus dijaga karena bisa dijadikan tempat untuk menikmati hasil
kebudayaan, tempat kita mempelajari sejarah, dan memahami orang-orang yang
tinggal di suatu tempat. Tapi, kenapa ya,
jumlah pengunjung museum secara keseluruhan di Indonesia terus mengalami penurunan
dari tahun ke tahun? Museum seperti masih jadi tempat yang membosankan dan
kurang atraktif, yang sepertinya hanya bagus dikunjungi sekali seumur hidup,
saat study tour dengan sekolah bareng teman-teman, belum jadi tempat yang ingin
kita datangi lagi dan lagi…
Kapan museum di
Indonesia menjadi tempat yang nga-ngenin, a place to visit again and again.
Cuz, there is always something new to
see...to do...to learn...to explore...
Yang pasti, setelah
mengunjungi empat museum kemarin, baru
sadar bahwa selama ini, dengan berbagai alasan yang ada, diriku-pun masih termasuk
dalam kategori orangtua yang (ternyata
oh ternyata…) belum menjadikan museum sebagai sebuah destinasi untuk dikunjungi bersama anak. Padahal dari museum yang kami kunjungi kemarin kenyataannya
informative, menarik dan ga jelek-jelek amat….
Barangkali
karena museum itu terlalu ‘berat’. Full of informasi tanpa ada unsur entertainment
sama sekali, tidak aneh kalo kemudian anak-anak sekarang lebih senang berkunjung ke
taman bermain, atau berlibur ke pantai dan pergi ke mall dibandingkan
mengunjungi museum. Meski edukasinya
ada, rekreasinya kena tapi karena tidak
menghibur berkunjung ke museum jadi terasa ‘dingin’. Beda dengan mall dan
beberapa tempat hiburan lain, yang memulai dari hiburan, lebih dulu, kemudian menyenangkan jadilah – ketagihan.
Berasa hebat, meskipun nyaris tanpa unsure pendidikan sama sekali.
Dari keempat
tempat yang kami datangi, Monas, tetap jadi destination paling menarik, karena
ada unsur lapangan monas, diorama, mendengarkan naskah proklamasi dengan
rekaman asli, plus naik ke atas tugu dan
memandang Jakarta dari atas. Soekarno sebagai
presiden pertama yang membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka,
benar-benar seorang yang historis visionair, presiden
yang berniat besar, bahwa “Jakarta ini harus dihubungkan dengan pembangunan
bangsa… membangun Kota Jakarta, membangun tanah air, membangun negara kita,
membangun masyarakat kita”. Terbukti, Monas tetap jadi kebanggaan Indonesia, hingga
saat ini.
Sementara
museum yang lain belum punya sesuatu yang se-entertaint Monas. Apalagi museum
Fatahilla, yang sebetulnya megah dan mewah, karena asli ‘buatan’ Belanda, kali
kemarin, jadi terasa bagai bangunan tua belaka. Belum lagi pedagang kaki lima
yang bisa nampak indah jika tertata rapi, kali itu kelihatan semraut dan kurang
nyaman dipandang Ruang depan kiri, yang menurut tour guide penjara wanita jaman dulu, kok hanya bagai gorong-gorong air semata. Sayang bangetzzz….
Whatever it
is… tetap berbagga dan proud of Indonesia yang memiliki 281 museum yang 50
diantaranya berada di Jakarta. Jika kesadaran sejarah bermuara pada
nasionalisme, mengunjungi situs sejarah memang terasa lebih bisa melekat
ketimbang baca buku. Semoga perjalanan anak-anak kemarin bisa menjadikan mereka
lebih ‘melek’ sejarah. Bukan hanya untuk anak, dirikupun ikutan belajar… paling
ga sekarang jadi lebih tau kalau ternyata Cut Nya Dhien, Pangeran Diponegoro
dan Untung Suropati pernah dipenjara(kan) - di Museum Fatahilla. Tau juga kalau
ternyata monas itu dari bentuk lumpang, dan jadi paham juga kalau kenapa Museum
Nasional dinamanakan Museum Gajah.
Sebagai penutup, kira-kira kenapa ya patung Gajah yang dipajang di depan Museum Nasional, bukan patung Badak, Zebra
atau lumba-lumba…?Penasaran pingin tau
jawabannya… Silahkan kunjungi Museum di Medan Merdeka Barat nomor 12, Jakarta Pusat.
3 comments:
keren bgt ajarin y
keren bgt ajarin y
tq... ajarinnya mulai dari mana nih...
Post a Comment