Foto-foto klik di sini
Bersama Kasek SDN Susukan 01, Ibu Maique |
Salah satu poin dalam Merdeka Belajar adalah Ujian Nasional yang akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter. Guru dan sekolah lebih merdeka dalam penilaian hasil belajar siswa. Anggaran USBN dialihkan untuk mengembangkan kapasitas guru dan sekolah, guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
Jadi ingat program Bank Sampah dan tabunganku yang sudah kita punya. Melalui program ini, siswa tidak saja belajar tentang numerasi, belajar produktif dan menghasilkan dan menghitung nominal uang secara literally , namun siswa pun dilatih mengembangkan karekter melalui budaya antri (saat menabung). Selebihnya, bernalar menggunakan bahasa (literasi) bisa dikembangkan dengan topik bahasan tentang sampah, juga pegetahuan perbankan dalam dunia anak.
Flash back sedikit ..
Di era Kepala Sekolah - Ibu Ida Faridah dan Ibu Hj. Rodiah, pengelolaan Bank Sampah di SDN Susukan 02 sudah menghasilkan kebiasaan baik, siswa (dan keluarga di rumah juga), sudah terbiasa mensortir sampah di rumah; botol plastik, gelas plastik, kardus, kertas dan kaleng susu dibawa ke sekolah untuk "diuangkan" setiap Jum'at dan uangnya ditabung.
Setelah uang terkumpul, munculah ide dari bu Ida untuk melibatkan Bank dalam mengelola "Tabungan Sampah". Setelah cari mencari Bank yang cocok, berembuk dan diskusi bersama, akhirnya MOU-pun ditandatangani, antara Bank Syariah Bukopin dengan pihak sekolah.
Thx mba Rizka, udah direpotin dengan mencantumkan NISN di ATM siswa |
Di era Bu Hj. Rodiah, siswa mulai belajar menabung sendiri. Siswa (ada yang didampingi ortu) secara manual menyetor "tabunganku", ada yang 10ribu, 20rb --eits..ada juga yg 300rb kepada pihak bank (teller-). Tabunganku adalah program yang memang digalakkan pemerintah (Bank Indonesia) agar masyarakat (dalam hal ini siswa di sekolah) gemar menabung, karena itu dibuat dengan biaya bulanan dan setoran yang minim/terjangkau oleh siswa.
Program Bank Sampah yang ada ini dilombakan. kelas yang terbanyak menabung di Bank sampah sudah mendapat reward.
Pemenang periode pertama hadiah diwujudkan menjadi kaos kelas, warna biru.
Pada periode kedua, kelas 5, memilih untuk menggunakannya untuk fieldtrip bersama pada 9 Maret 2018 lalu. Seruuu...!! Siswa bisa merasakan fasilitas BUS SEKOLAH yang disediakan Dishub DKI untuk siswa-siwa DKI.
Dan ternyata, anak-anak begitu terkenang dengan trip "Dari Sampah menuju bintang" ini Beberapa bulan setelah acara, ada saja anak yang memposting kenangan fieldtrip di status wa - seperti berikut ..
Pada pertengahan April 2019, sekolah mulai direhap total, dan kitapun mulailah numpang di SDN 05. Segala bentuk kegiatan yang ada di'istirahatkan' termasuk, bank sampah dan tabungan anak.
Next, 2020 (era bu Retno, di sekolah baru nanti) keberlanjutan program ini, sepenuhnya dalam wewenang beliau. Semoga saja bisa terus berlanjut, karena selain bernilai positif bagi siswa, pun sejalan dengan agenda global, SDG point 4 (quality education) dan point 13 (climate action)
Next, 2020 (era bu Retno, di sekolah baru nanti) keberlanjutan program ini, sepenuhnya dalam wewenang beliau. Semoga saja bisa terus berlanjut, karena selain bernilai positif bagi siswa, pun sejalan dengan agenda global, SDG point 4 (quality education) dan point 13 (climate action)
Pihak Bank kabarnya malah sudah siap menghadirkan Mobil Kas BSB ke sekolah. Pihak Sekolah hanya tinggal mengatur kapan "hari Menabung" akan dilaksanakan. So, tanpa sekolah / komite "direpotkan" siswa bisa langsung menabung sendiri ke mobil kas.
Buat Komite yang ada, (kembali ke topik awal - what's next?) ditungu ide-ide / usulan baru
untuk kemajuan siswa / sekolah -di luar kegiatan yang sudah di arrange oleh sekolah-. Kalau belum ada, semoga bisa tetep gercep membantu sekolah untuk melanjut program bagus yang sudah ada, easier, tentu atas izin dan restu dari bu Retno... . Salam...